Rabu, 12 November 2014

Teknik Pengolahan Lahan Sawah untuk Padi Hibrida Intani-1

Teknik Pengolahan Lahan Sawah untuk Padi Hibrida Intani-1

Luas lahan pertanian di Indonesia saat ini kurang lebih sekitar 76 juta ha. Sekitar 67,6 juta ha di antaranya digunakan untuk lahan kering, perkebunan, padang pengembalaan dan padang rumput. Sedangkan sisanya yang hanya seluas kurang lebih 8,4 juta ha saja yang digunakan sebagai lahan basah atau sawah yang terdiri dari lahan sawah beririgasi teknis, setengah teknis, sederhana, lahan pasang surut dan lahan tadah hujan.
 
Dengan sangat terbatasnya lahan basah yang tersedia untuk digunakan sebagai lahan sawah tersebut, maka tidak ada pilihan lain selain menerapkan cara-cara pengolahan yang tepat sehingga dapat memberikan hasil maksimal.
Agar memberikan hasil maksimal, lahan sawah haruslah diolah secara baik. Pengolahan lahan yang baik sebelum padi ditanami adalah salah satu kunci utama dari keberhasilan panen. Pengolahan lahan yang diperuntukan bagi tanaman padi sangatlah penting untuk diperhatikan. Karena lahan sawah (tanah sawah) merupakan tempat mengambil cadangan hara yang dibutuhkan bagi tanaman padi. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman padi diantaranya akan dipengaruhi oleh sejauh mana proses pengolahan yang dilaksanakan sebelum ditanami.
 
Adalah Intani yang merupakan salah satu padi hibrida yang saat ini sedang dijadikan primadona. Intani akan memberikan hasil optimal apabila dikelola secara baik, mulai dari saat pengolahan lahan sebelum ditanami, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan hingga pemanenan.
Sistem pengolahan lahan sawah dengan menggunakan bibit Intani dapat dilaksanakan secara tradisional maupun modern. Cara tradisional menggunakan bajak, singkal, dan cangkul sedangkan cara modern menggunakan alat mekanisasi seperti traktor tangan (hand tractor).
 
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal tersebut adalah sbb.:
1. Proses pengolahan lahan sawah diawali dengan cara melakukan pemisahan jerami, sisa - sisa panen yang tidak terangkat, rumput dan tanaman gulma lainnya. Agar supaya jerami dan sisa - sisa tanaman lainya tidak dibakar. Maka untuk memudahkan proses pengolahan lahan, sebaiknya jerami dipisahkan dan dikumpulkan disekitar pematang (pinggiran petakan).
2. Pada musim kemarau, tanah sawah sebaiknya digenangi air terlebih dulu selama beberapa hari agar pori-pori tanah membuka dan tekstur tanah menjadi lembek.
3. Setelah tanah menjadi lembek, siap untuk diolah.
4. Pengolahan pertama dilakukan dengan cara membajak. Pembajakan bisa dengan cara tradisional maupun modern. Cara tradisional menggunakan bajak/singkal dengan bantuan tenaga sapi atau kerbau sedangkan cara modern menggunakan bajak traktor tangan. Proses pembajakan ini dilakukan dengan cara membalikkan lapisan olah tanah agar sisa - sisa tanaman seperti rumput, dan jerami dapat terbenam. Setelah tanah dibajak, maka dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukkan sisa tanaman dan jerami di dalam tanah.
5. Selama proses tersebut sebaiknya ditambahkan bahan organik atau pupuk kandang lainnya. Tujuannya agar kandungan hara dan pertumbuhan mikroba dalam tanah dapat meningkat. Disamping itu, penggunaan bahan organik dan pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk kimia (anorganik). Gunakan bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton/ha. Bahan organik atau pupuk kandang tersebut antara lain berupa kompos, jerami, kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau dan pupuk organik lainnya. Pupuk kandang dan sumber organik lainnya digunakan pada saat pengolahan lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah.
6. Setelah selesai pengolahan pertama dilanjutkan dengan pengolahan kedua. Dalam pengolahan kedua ini dilakukan proses penggemburan atau proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah. Proses ini dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu dengan lapisan olah tanah. Usahakan selama pengolahan ini pasokan air agar mencukupi. Jangan terlalu kering dan jangan terlalu basah. Proses pencampuran ini dilakukan sampai bahan organik benar-benar menyatu dan melumpur dengan lapisan olah tanah.
7. Proses selanjutnya permukaan tanah diratakan dengan bantuan alat berupa papan kayu yang ditarik sapi atau kerbau (tradisional). Atau, dengan menggunakan traktor tangan (modern). Proses ini dimaksudkan agar lapisan olah tanah benar-benar siap untuk ditanami padi pada saat tandur dilaksanakan.
8. Proses pengolahan lahan ini waktunya disesuaikan dengan persiapan persemaian, agar tidak terjadi keterlambatan pada saat pindah tanam. Waktu yang ideal berkisar antara 15 - 21 hari.
Agar memberikan hasil lebih maksimal, dianjurkan agar penggunaan traktor tangan tidak dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Sesekali diselingi dengan cara tradisional menggunakan bajak/singkal karena pengaruh yang ditimbulkan jika setiap kali mengolah tanah menggunakan traktor adalah tekstur tanah menjadi lebih padat. Hal ini akan mempengaruhi proses penyerapan hara dan pertumbuhan perakaran pada tanaman padi (Inang Sariati).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar